Tak Ada Pilihan Bibit,Petani Sutera Soppeng Makin Terpuruk
    Dibaca 1624 kali

 Ketgam: Balai Persuteraan Alam Di Tajuncu Kecamatan Donri yang Kini Terkesan Merana

 

SOPPENG, Mediatanews.Com--Hidup Segan Mati Tak Mau, seperti itulah kondisi untuk menggambarkan kehidupan petani sutera yang ada di Soppeng saat ini.

 

Betapa tidak, daerah yang pernah di kenal diseantero negeri dengan produksi sutera dan kehidupan masyarakatnya yang menjadikan sutera sebagai primadona mata pencaharian, kini hanya meninggalkan jejak jejak kebesaran masa lalu yang nyaris menjadi puing puing.

 rps20161231_095305

Dari pantauan Mediatanews.Com beberapa waktu lalu di sentra persuteraan alam Soppeng di Kecamatan Donri Donri, peternakan ulat sutera seperti tak lagi punya daya pikat sebagai mata pencaharian yang menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terbukti petani dan pengrajin sutera yang tersisa saat ini tidak lebih dari 20 orang.

 

Hilangnya daya pikat sutera sebagai mata pencaharian masyarakat diduga karena kemampuan produksi bibit ulat sutera (hasil persilangan bibit lokal dan bibit Jepang) yang disiapkan Pemerintah melalui Perum Perhutani sangat rendah.

 

Sementara bibit Cina dengan kemampuan produksi yang sangat tinggi dan diminati petani terhalang larangan impor dengan alasan yang tidak jelas.

 

I Manji (50) salah seorang petani sutera yang ditemui di Desa Pising beberapa waktu lalu mengungkapkan, Ia masih menggeluti peternakan sutera ini karena tak punya mata pencaharian lain

 

" kalau diliat hasilnya sudah tidak memadai, saya biasa pelihara 1 boks bibit yang dari Perum Perhutani, hasilnya rata rata mencapai 2 kg benang sutera dengan harga Rp. 600 ribu per kg. Sementara kalau pakai bibit Cina, 1 boks bisa menghasilkan 4 kg - 7 kg benang, bibit Cina harganya memang lebih mahal Rp. 300 ribu per boks dan bibit dari Perum Rp. 110 ribu per boks, tapi karena produksinya lebih tinggi,kami lebih senang memelihara bibit dari Cina" ujarnya

 

Sementara di tempat terpisah, La Makka (45) petani Sutera di Desa Sering mengungkapkan, tak adanya pilihan bibit bagi peternak ulat sutera saat ini membuat para peternak tak mampu berbuat banyak.

 rps20161231_095354

"Bagi saya, pemerintah lebih baik mengizinkan bibit Cina masuk ke sini. Jadi petani punya pilihan, antara bibit dari Perum maupun Bibit impor dari Cina" ujarnya

 

Sementara penggiat dan pemerhati Sutera Andi Massalangka Chaeruddin kepada Mediatanews.Com mengutarakan bahwa kondisi persuteraan alam di Soppeng ini sempat mulai bangkit pada tahun 2005 - 2007, saat itu bibit dari Cina masih diizinkan masuk ke Indonesia.

 

" Tahun 2005, Pemerintah pernah menerbitkan ijin impor bibit dari Cina. Namun ditengah bangkitnya kegairahan masyarakat untuk kembali beternak ulat sutera,tiba tiba tahun 2007, ijin impor ini di cabut dengan alasan yang tidak jelas" jelasnya

 

Sekadar diketahui, sebagai bukti Soppeng pernah menjadi salah satu sentra Persuteraan Alam di Indonesia di era tahun 1970 - 1980, Presiden Soeharto menyempatkan dua kali berkunjung ke daerah ini tahun 1973 dan 1974 untuk meresmikan pabrik pemintalan benang di Tajuncu Kecamatan Donri Donri.( Agus Setiawan PH Rauf)

 

Bagikan Berita Ini: